Buku ini mengulas konflik antarperguruan pencak silat di Indonesia sebagai fenomena sosial yang kompleks, di mana identitas, nilai tradisi, dan interaksi komunitas sering kali memunculkan gesekan. Konflik tidak hanya berdampak pada individu dengan risiko kekerasan fisik, pelanggaran hukum, dan stigma sosial, tetapi juga merusak citra seni bela diri tradisional serta solidaritas komunitas.
Melalui pendekatan analitis, buku ini mengungkap penyebab utama konflik, mulai dari klaim eksklusivitas, persaingan internal, miskomunikasi, hingga perilaku agresif generasi muda. Tidak berhenti pada analisis masalah, buku ini menawarkan strategi resolusi yang komprehensif: dialog terbuka dan mediasi dengan fasilitator netral; negosiasi dan penguatan silaturahmi untuk menumbuhkan empati; pembentukan paguyuban dan forum komunikasi sebagai mekanisme institusional; integrasi nilai Pancasila untuk menegakkan keadilan, persaudaraan, dan musyawarah; serta peran pihak ketiga dan penegakan hukum sebagai jaminan keamanan dan kepastian hukum.
Dengan memadukan perspektif teori konflik, budaya, dan pendidikan karakter, buku ini menekankan bahwa pencak silat bukan hanya olahraga atau seni bela diri, tetapi juga sarana pembentukan karakter, penguatan solidaritas sosial, dan pelestarian nilai luhur budaya Indonesia. Buku ini menjadi panduan praktis dan akademik bagi praktisi, pengurus perguruan, peneliti, dan masyarakat yang ingin memahami dan menanggulangi konflik secara damai dan beretika